23 Anak di Jatim Meninggal karena Polusi Udara
Polusi udara penyebab banyaknya penyakit ISPA. (dok: sindonews.com)
SURABAYA - Pencemaran udara di Jawa Timur sangat memprihatinkan. Indikasi ini terlihat dari banyaknya kasus penyakit yang diakibatkan karena udara tersebut.
Beberapa di antaranya adakah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), serta pneumonia. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim, saat ini terdapat 301.312 anak di Jatim menderita penyakit yang salah satunya disebabkan oleh polusi udara itu.
Bahkan dari jumlah tersebut, 23 anak di Jatim meninggal dunia. Penyebab paling banyak adalah karena penyakit pneumonia atau radang paru-paru.
Sementara, wilayah yang paling banyak terserang adalah Gresik, Bojonegoro, dan Sidoarjo. Untuk jumlah penderita pneumonia di Kabupaten Gresik mencapai 11.439 anak. Sementara Kabupaten Bojonegoro sebanyak 8.801 anak dan Sidoarjo sebanyak 8.429 anak.
Menurut Kasie Pemberantasan Penyakit Dinkes Jatim, Setyo Budiono, banyaknya penyakit pneumonia dan ISPA pada anak disebabkan beberapa faktor. Di antaranya polusi udara, jeleknya sanitasi, gizi buruk, dan anak tidak imunisasi secara lengkap.
”Untuk sanitasi memang tidak banyak berpengaruh, tapi dapat menjadi pemicu terjadinya pneumonia dan ISPA,” jelasnya. Karenanya Dinkes Jatim dan Dinkes kabupaten/kota berusaha menemukan anak yang menderita pneumonia untuk segera diobati.
Menurutnya, berdasarkan pengalaman, baru 104.609 anak yang ditemukan menderita pneumonia, sisanya 200.000 masih dalam proses pendataan.
Dia mengungkapkan, belum maksimalnya petugas kesehatan dalam menemukan kasus pneumonia disebabkan karena banyak dari penderita tidak melaporkan kembali kepada petugas kesehatan setelah periksa dari rumah sakit atau puskesmas.
Minimnya sarana dan SDM terlatih untuk mencari penderita pneumonia menjadi faktor utama tidak berhasilnya menemukan semua kasus pneumonia di Jatim.
”Banyak dari tenaga kesehatan yang mencari penderita pneumonia pindah bagian dan tugas, sedangkan untuk tenaga yang pindah tidak segera digantikan dengan orang yang tepat,” paparnya.
Ke depan, Setyo berharap dengan diperkuatkannya kordinasi dan kerja sama antara Dinkes Jatim dan Dinkes kabupaten/kota dapat mempercepat penemuan pneumonia. Untuk diketahui, penyakit pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Menurut Pedoman Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita (Depkes RI, 2002).
Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronkhus yang disebut bronkopneumonia. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA semua bentuk Pneumonia (baik Pneumonia maupun brokopneumonia) disebut pneumonia saja.
source: http://daerah.sindonews.com/read/975223/23/23-anak-di-jatim-meninggal-karena-polusi-udara-1426078802
Polusi udara penyebab banyaknya penyakit ISPA. (dok: sindonews.com)Beberapa di antaranya adakah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), serta pneumonia. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim, saat ini terdapat 301.312 anak di Jatim menderita penyakit yang salah satunya disebabkan oleh polusi udara itu.
Bahkan dari jumlah tersebut, 23 anak di Jatim meninggal dunia. Penyebab paling banyak adalah karena penyakit pneumonia atau radang paru-paru.
Sementara, wilayah yang paling banyak terserang adalah Gresik, Bojonegoro, dan Sidoarjo. Untuk jumlah penderita pneumonia di Kabupaten Gresik mencapai 11.439 anak. Sementara Kabupaten Bojonegoro sebanyak 8.801 anak dan Sidoarjo sebanyak 8.429 anak.
Menurut Kasie Pemberantasan Penyakit Dinkes Jatim, Setyo Budiono, banyaknya penyakit pneumonia dan ISPA pada anak disebabkan beberapa faktor. Di antaranya polusi udara, jeleknya sanitasi, gizi buruk, dan anak tidak imunisasi secara lengkap.
”Untuk sanitasi memang tidak banyak berpengaruh, tapi dapat menjadi pemicu terjadinya pneumonia dan ISPA,” jelasnya. Karenanya Dinkes Jatim dan Dinkes kabupaten/kota berusaha menemukan anak yang menderita pneumonia untuk segera diobati.
Menurutnya, berdasarkan pengalaman, baru 104.609 anak yang ditemukan menderita pneumonia, sisanya 200.000 masih dalam proses pendataan.
Dia mengungkapkan, belum maksimalnya petugas kesehatan dalam menemukan kasus pneumonia disebabkan karena banyak dari penderita tidak melaporkan kembali kepada petugas kesehatan setelah periksa dari rumah sakit atau puskesmas.
Minimnya sarana dan SDM terlatih untuk mencari penderita pneumonia menjadi faktor utama tidak berhasilnya menemukan semua kasus pneumonia di Jatim.
”Banyak dari tenaga kesehatan yang mencari penderita pneumonia pindah bagian dan tugas, sedangkan untuk tenaga yang pindah tidak segera digantikan dengan orang yang tepat,” paparnya.
Ke depan, Setyo berharap dengan diperkuatkannya kordinasi dan kerja sama antara Dinkes Jatim dan Dinkes kabupaten/kota dapat mempercepat penemuan pneumonia. Untuk diketahui, penyakit pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Menurut Pedoman Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita (Depkes RI, 2002).
Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronkhus yang disebut bronkopneumonia. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA semua bentuk Pneumonia (baik Pneumonia maupun brokopneumonia) disebut pneumonia saja.
source: http://daerah.sindonews.com/read/975223/23/23-anak-di-jatim-meninggal-karena-polusi-udara-1426078802
source: http://daerah.sindonews.com/read/975223/23/23-anak-di-jatim-meninggal-karena-polusi-udara-1426078802Polusi udara penyebab banyaknya penyakit ISPA. (dok: sindonews.com)
source: http://daerah.sindonews.com/read/975223/23/23-anak-di-jatim-meninggal-karena-polusi-udara-1426078802
0 Response to " "
Posting Komentar