infodunia-pendidikan.blogspot.com. Artikel kali ini Kesalahan-Kesalahan Logika dalam Berdebat Bag.3 merupakan bagian akhir dari rangkaian artikel mengenai kesalahan logika dalam berdebat yang sering terjadi . Kesalahan logika berdebat ini menyebabkan terjadinya debat kusir yang tidak produktif. Oleh karena itulah kita berusaha menghindarinya agar perdebatan yang terjadi menjadi positif, produktif dan menghasilkan argumen yang benar.
Berikut lanjutan artikel Kesalahan-Kesalahan Logika dalam Berdebat.
10. Begging the question (mengantisipasi jawaban)
Contoh :
• Kita harus mendorong generasi muda kita untuk belajar mata pelajaran X untuk meningkatkan moralitasnya.
Tetapi apakah dengan mengajarkan pelajaran X benar terjadi pertumbuhan moral? Ataukah karena sebab yang lain? (misalnya: lingkungan pendukung, sistem manajemennya, dsb).
11. Circular Reasoning
Contoh:
• Isi buku ini adalah benar, karena buku ini mengatakan demikian.
A membuktikan B, B membuktikan A. Pembuktian berputar seperti ini jelas tidak valid. Premis A & B sama-sama tidak terbuktikan , maka premis A harus dibuktikan secara independent terhadap premis B.
12. Confusion of correlation and causation
Mengacaukan hubungan antara sebab dan akibat.
Contoh :
• Mayoritas dari orang sukses di dunia adalah beragama X, maka masuklah kepada agama X…anda pasti sukses.
Padahal mungkin orang-orang golongan tertentu yang berkumpul dalam suatu masyarakat tertentu (kelompok X) itulah yang menyebabkan mereka terlihat ‘sukses’.
• Anak yang menonton acara kekerasan di TV cenderung untuk menjadi ganas ketika ia dewasa.
Apakah program di TV itu menyebabkan kekerasan, ataukah anak-anak yang berbakat ganas cenderung menonton acara kekerasan di TV?
13. Half truths
Suatu pernyataan yang biasanya ditujukan untuk menipu seseorang dengan menyembunyikan sebagian fakta / kebenaran.
Contoh:
• Orang-orang agama X itu pasti bahagia dan diberkahi Tuhan.
Sengaja tidak mencantumkan data tentang umatnya yang miskin, penyakitan, broken home, dsb)
14. Communal reinforcement
Suatu proses dimana suatu klaim menjadi suatu kepercayaan kuat melalui suatu pernyataan yang diulang-ulang oleh suatu anggota komunitas. Proses ini independent terhadap kebenaran klaim tersebut dan tidak didukung oleh data empiris yang signifikan untuk menggaransi bahwa kepercayaan itu didukung oleh alasan yang reasonable.
• Percaya sama guru X pasti masuk surga. (semata-mata hanya karena banyak orang yang meneriakkan hal yang sama)
Kebohongan yang diulang-ulang terus dalam jangka waktu yg lama, akan menjadi seperti sebuah fakta. Hanya melalui penyelidikan dan analisis yang seksamalah kita bisa menilainya.
15. Non-sequitur (nggak nyambung)
Suatu kesimpulan yang diambil tidak didasarkan pada suatu premis ataupun evidence/ fakta.
• Sekarang ini banyak muncul wabah penyakit menular. Kesimpulan: membuktikan bahwa sekarang adalah akhir jaman.
Padahal munculnya penyakit-penyakit itu disebabkan oleh sebab yang lain yang bukan karena akhir jaman.
Disamping itu, pelabelan penyakit-penyakit sebagai 'wabah penyakit menular' adalah penjangkaran (anchoring) yang manipulatif sekedar untuk melegitimasi asumsinya tanpa satu dasar-dasar penilaian yang obyektif.
16. Post Hoc, ergo propter hoc (itu terjadi sebelumnya, maka itu disebabkan olehnya)
Semacam non-sequitur, tetapi berdasarkan waktu.
• Lihat, ia menjadi sakit setelah pergi ke Klenteng, maka Klenteng adalah tempat iblis; Ia sembuh dari penyakitnya setelah roh jahat diusir oleh pendeta kami.
Padahal sakitnya / sembuh sakitnya tidak disebabkan oleh sesuatu yang ada hubungannya dengan kepergiannya ke Klenteng ataupun doa. Bisa saja penyakitnya disebabkan oleh infeksi bakteri / virus di tempat lain atau terjadi jauh-jauh hari sebelumya dimana membutuhkan masa inkubasi tertentu utk kemunculannya. Hanya kebetulanlah penyakit itu muncul pada hari yg sama.
Demikian juga kesembuhannya, bisa disebabkan oleh faktor-faktor alamiah ataupun gejala periodikal dari muncul-lenyapnya suatu penyakit kronis. Disamping itu seringkali yang terjadi adalah ybs juga pergi ke dokter dan meminum obat. Obat itulah yg menyebabkan kesembuhannya, meskipun seringkali fakta ini diabaikan sekedar untuk memuaskan sentimental keagamaannya.
17. Red Herring
Sering terjadi….sang pendebat buru-buru mengalihkan perhatian / subyek pembicaraan.
18. Statistic of small number
Satu kasus digunakan untuk menjudge keseluruhan. Hanya karena suatu kejadian, tidak dapat mewakili kemungkinan keseluruhannya.
• Lihat setelah ia menjadi kelompok X hidupnya menderita, berarti kelompok X itu sesat.
Berikut lanjutan artikel Kesalahan-Kesalahan Logika dalam Berdebat.
berdebat |
10. Begging the question (mengantisipasi jawaban)
Contoh :
• Kita harus mendorong generasi muda kita untuk belajar mata pelajaran X untuk meningkatkan moralitasnya.
Tetapi apakah dengan mengajarkan pelajaran X benar terjadi pertumbuhan moral? Ataukah karena sebab yang lain? (misalnya: lingkungan pendukung, sistem manajemennya, dsb).
11. Circular Reasoning
Contoh:
• Isi buku ini adalah benar, karena buku ini mengatakan demikian.
A membuktikan B, B membuktikan A. Pembuktian berputar seperti ini jelas tidak valid. Premis A & B sama-sama tidak terbuktikan , maka premis A harus dibuktikan secara independent terhadap premis B.
12. Confusion of correlation and causation
Mengacaukan hubungan antara sebab dan akibat.
Contoh :
• Mayoritas dari orang sukses di dunia adalah beragama X, maka masuklah kepada agama X…anda pasti sukses.
Padahal mungkin orang-orang golongan tertentu yang berkumpul dalam suatu masyarakat tertentu (kelompok X) itulah yang menyebabkan mereka terlihat ‘sukses’.
• Anak yang menonton acara kekerasan di TV cenderung untuk menjadi ganas ketika ia dewasa.
Apakah program di TV itu menyebabkan kekerasan, ataukah anak-anak yang berbakat ganas cenderung menonton acara kekerasan di TV?
13. Half truths
Suatu pernyataan yang biasanya ditujukan untuk menipu seseorang dengan menyembunyikan sebagian fakta / kebenaran.
Contoh:
• Orang-orang agama X itu pasti bahagia dan diberkahi Tuhan.
Sengaja tidak mencantumkan data tentang umatnya yang miskin, penyakitan, broken home, dsb)
14. Communal reinforcement
Suatu proses dimana suatu klaim menjadi suatu kepercayaan kuat melalui suatu pernyataan yang diulang-ulang oleh suatu anggota komunitas. Proses ini independent terhadap kebenaran klaim tersebut dan tidak didukung oleh data empiris yang signifikan untuk menggaransi bahwa kepercayaan itu didukung oleh alasan yang reasonable.
• Percaya sama guru X pasti masuk surga. (semata-mata hanya karena banyak orang yang meneriakkan hal yang sama)
Kebohongan yang diulang-ulang terus dalam jangka waktu yg lama, akan menjadi seperti sebuah fakta. Hanya melalui penyelidikan dan analisis yang seksamalah kita bisa menilainya.
15. Non-sequitur (nggak nyambung)
Suatu kesimpulan yang diambil tidak didasarkan pada suatu premis ataupun evidence/ fakta.
• Sekarang ini banyak muncul wabah penyakit menular. Kesimpulan: membuktikan bahwa sekarang adalah akhir jaman.
Padahal munculnya penyakit-penyakit itu disebabkan oleh sebab yang lain yang bukan karena akhir jaman.
Disamping itu, pelabelan penyakit-penyakit sebagai 'wabah penyakit menular' adalah penjangkaran (anchoring) yang manipulatif sekedar untuk melegitimasi asumsinya tanpa satu dasar-dasar penilaian yang obyektif.
16. Post Hoc, ergo propter hoc (itu terjadi sebelumnya, maka itu disebabkan olehnya)
Semacam non-sequitur, tetapi berdasarkan waktu.
• Lihat, ia menjadi sakit setelah pergi ke Klenteng, maka Klenteng adalah tempat iblis; Ia sembuh dari penyakitnya setelah roh jahat diusir oleh pendeta kami.
Padahal sakitnya / sembuh sakitnya tidak disebabkan oleh sesuatu yang ada hubungannya dengan kepergiannya ke Klenteng ataupun doa. Bisa saja penyakitnya disebabkan oleh infeksi bakteri / virus di tempat lain atau terjadi jauh-jauh hari sebelumya dimana membutuhkan masa inkubasi tertentu utk kemunculannya. Hanya kebetulanlah penyakit itu muncul pada hari yg sama.
Demikian juga kesembuhannya, bisa disebabkan oleh faktor-faktor alamiah ataupun gejala periodikal dari muncul-lenyapnya suatu penyakit kronis. Disamping itu seringkali yang terjadi adalah ybs juga pergi ke dokter dan meminum obat. Obat itulah yg menyebabkan kesembuhannya, meskipun seringkali fakta ini diabaikan sekedar untuk memuaskan sentimental keagamaannya.
17. Red Herring
Sering terjadi….sang pendebat buru-buru mengalihkan perhatian / subyek pembicaraan.
18. Statistic of small number
Satu kasus digunakan untuk menjudge keseluruhan. Hanya karena suatu kejadian, tidak dapat mewakili kemungkinan keseluruhannya.
• Lihat setelah ia menjadi kelompok X hidupnya menderita, berarti kelompok X itu sesat.
19. Straw man (manusia jerami)
Membuat suatu skenario yang salah (image yang menyesatkan) kemudian menyerangnya. Ini sangat sering digunakan dalam diskusi kita.
Contohnya:
• ajaran X itu agama pesimis, coba bayangkan bukankah hidup kita harus optimis?.
Padahal bisa saja agama X bukan berparadigma pesimistis maupun optimistis tetapi mencoba untuk melihat suatu permasalahan secara realistis.
20. Dua salah menjadi benar
Dalam suatu penalaran logis, suatu premis salah tidak semata-mata menjustifikasi suatu premis salah lain menjadi benar.
Contoh :
• Premis A :Di negara ini hukum tidak ditegakkan secara baik. (salah)
Premis B : Banyak sekali koruptor yang dibiarkan bebas. (salah)
Oleh karena itu, sah-sah saja bagi saya untuk melakukan korupsi karena memang negara tidak menegakkan hukum. Salah pemerintah sendiri kenapa tidak menggunakan perangkat hukum untuk menangkap saya.
Menilai suatu kebijakan/hukum melalui generalisasi dari hanya beberapa oknum yang berkelakuan negatif jelas bukan merupakan suatu tindakan yang bijaksana. Perlu dicari kompleksitas permasalahannya terlebih dahulu. Selanjutnya, tindakan konversi yang juga bukan merupakan tindakan yang etis tentu tidak layak untuk digunakan sebagai alasan pembenarannya.
Demikian artikel kali ini mengenai Kesalahan-Kesalahan Logika dalam Berdebat. Dan Artikel ini merupakan bagian akhir dari rangkaian artikel Kesalahan-Kesalahan Logika dalam Berdebat. Semoga bermanfat.
Membuat suatu skenario yang salah (image yang menyesatkan) kemudian menyerangnya. Ini sangat sering digunakan dalam diskusi kita.
Contohnya:
• ajaran X itu agama pesimis, coba bayangkan bukankah hidup kita harus optimis?.
Padahal bisa saja agama X bukan berparadigma pesimistis maupun optimistis tetapi mencoba untuk melihat suatu permasalahan secara realistis.
20. Dua salah menjadi benar
Dalam suatu penalaran logis, suatu premis salah tidak semata-mata menjustifikasi suatu premis salah lain menjadi benar.
Contoh :
• Premis A :Di negara ini hukum tidak ditegakkan secara baik. (salah)
Premis B : Banyak sekali koruptor yang dibiarkan bebas. (salah)
Oleh karena itu, sah-sah saja bagi saya untuk melakukan korupsi karena memang negara tidak menegakkan hukum. Salah pemerintah sendiri kenapa tidak menggunakan perangkat hukum untuk menangkap saya.
Menilai suatu kebijakan/hukum melalui generalisasi dari hanya beberapa oknum yang berkelakuan negatif jelas bukan merupakan suatu tindakan yang bijaksana. Perlu dicari kompleksitas permasalahannya terlebih dahulu. Selanjutnya, tindakan konversi yang juga bukan merupakan tindakan yang etis tentu tidak layak untuk digunakan sebagai alasan pembenarannya.
Demikian artikel kali ini mengenai Kesalahan-Kesalahan Logika dalam Berdebat. Dan Artikel ini merupakan bagian akhir dari rangkaian artikel Kesalahan-Kesalahan Logika dalam Berdebat. Semoga bermanfat.
0 Response to "Kesalahan-Kesalahan Logika dalam Berdebat Bag.3"
Posting Komentar