Perbandingan Mengajar TIK/Komputer SD Menggunakan Buku dengan Mengajar Menggunakan Modul

Ini curhat pengalaman mengajar TIK/Komputer SD, pokok curhatnya adalah bahan ajar yang digunakan. Yang satu bahan ajarnya buku TIK SD yang dibeli dari penerbit, dan yang satu modul TIK SD yang saya buat sendiri. Curhat ini bukan semata-mata membandingkan dua bahan ajar yang satu yang dibuat oleh orang lain dan yang satunya dibuat oleh saya sendiri kemudian endingnya promosi.Ini sekedar memberi ruang perbandingan saja kepada kawan-kawan yang juga mengajar TIK SD, terutama kawan-kawan yang baru saja mengajar mata pelajaran tersebut.

Perbandingan Mengajar TIK/Komputer SD Menggunakan Buku dengan Mengajar Menggunakan Modul
Menggunakan Buku TIK/Komputer SD
Pengalaman saya menggunakan buku TIK SD, kebetulan dari dua penerbit
  • Materi kadang tidak sesuai dengan yang ingin saya ajarkan kepada siswa, tentu ini penilaian subjektif saya saja barangkali bagi guru lain ini tidak berlaku. Yang dimaksud tidak sesuai dengan yang saya inginkan, misalnya materi kelas 3 SD SK/KDnya tentang pengenalan aplikasi pengolah gambar, dari dua buku yang saya punya, yang satu aplikasi yang digunakan adalah Adobe Photosop, dan yang satunya lagi Corel Draw, walaupun keduanya juga menyajikan pengenalan aplikasi pengolah gambar Paint. Materi Adobe Photosop dan Corel menurut saya terlalu tinggi untuk anak-anak umuran kelas 3 SD. Belum lagi soal spesifikasi hardware komputer yang memerlukan spesifikasi yang sesuai untuk kedua software berat tersebut, belum lagi pertimbangan apakah komputer siswa saya di rumahanya sudah terinstall kedua software tersebut? Belum lagi masalah dengan kemampuan gurunya, apakah gurunya juga sudah menguasai aplikasi Photosop dan Corel tersebut? 
  • Penyajian materi dalam buku terlalu banyak teks ketimbang gambar petunjuk praktik. Padahal menurut saya, siswa lebih mudah mempraktikan gambar petunjuk praktik. 
  • Gambar petunjuk praktik tidak menggunakan petunjuk anak panah (arrow) cuma nenampilkan ikon yang akan digunakan dan hasilnya setelah menggunakan ikon tersebut. Padahal menurut saya, siswa lebih mudah mempraktikan gambar petunjuk praktik yang disertai petunjuk penggunaan ikon menggunakan arrow.
  • Materi praktik sangat sedikit. Misalnya untuk materi MS Paint untuk kelas 3 SD triwulan pertama, terdiri dari materi langkah masuk ke Paint, mengenal area kerja Paint, mengenal perangkat gambar, menggambar gambar rumah, menyisipkan teks dan menyimpan file. Dari materi-materi tersebut siswa cuma dapat satu latihan praktik membuat gambar rumah. Jadi selama 3 bulan kalau guru cuma ngikutin buku tersebut siswa cuma dapat latihan praktik satu kali, dan dalam satu semester cuma dapat dua latihan praktik. Tentu untuk praktik-praktik lainnya guru harus bekerja keras membuat bahan-bahan praktik lainnya.
Dan banyak lagi hal-hal yang dalam pandangan subyektif saya, kurang pas. Contohnya dalam hal bobot materi buku, satu buku TIK SD yang saya pegang, antara materi kelas rendah ke kelas yang lebih tinggi tidak runtut. Contoh kasusnya, materi di kelas 3 SD ada aplikasi Corel Draw, tapi materi di kelas 6 hanya Microsoft Word. Padahal dalam strategi penyiapan materi TIK yang saya buat, materi dibuat sebisa mungkin menyesuaikan dengan tingkatan kelas, kelas rendah materinya pengenalan aplikasi sederhana seperti Paint (kls 3 SD) dan program aksesoris, kelas empat mulai dengan pengolah kata, kelas lima mulai dengan pengolah angka, dan kelas 6 dengan pengolah presentasi dan materi pendukung seperti Internet. Jadi targetnya ketika lulus SD minimal siswa sudah familiar denga aplikasi perkantoran.

Bagaimana dengan Modul TIK SD?
Modul tentu beda dengan buku, lebih kepada petunjuk praktis penggunaan tools yang disertai dengan latihan-latihan praktik. Satu bahasan tools dilengkapi dengan beberapa latihan praktik. Guru tidak direpotkan dengan kegiatan menyiapkan bahan praktik, karena bahan / materi praktik sudah tersedia per satu topik bahasan. Guru memiliki peran sebagai instruktur, mendampingi siswa dalam mempraktikan petunjuk penggunaan tools dan latihan praktik.

Lain orang mungkin lain pula pendapat, ada yang lebih senang dengan menggunakan buku, dan ada yang lebih senang dengan menggunakan modul. Tapi pengalaman ngajar TIK SD selama 8 tahun saya lebih "asyik" menggunakan modul TIK yang saya buat. Alasannya:
  • Materi yang sesuai dengan usia siswa, dan dengan kemungkinan spesifikasi komputer yang umum digunakan untuk lab komputer SD.
  • Materi bisa diperbarui, jika ada yang tidak sesuai saya hapus, dan jika ada yang kurang akan saya tambahkan, sehingga materi dalam modul selalu ada penambahan dan perbaikan. Itu beda tentunya jika saya menggunakan buku, karena yang membuat bukan saya, tentu perbaikan dan updating tergantung si penyusun buku dan penerbit.
  • Melibatkan siswa dalam penyusunan materi berikutnya. Jika ada hasil karya siswa yang bagus, maka akan saya sertakan sebagai bahan sample latihan praktik pada terbitan modul berikutnya. Ternasuk saran dan keluh kesah siswa akan materi selalu menjadi point penting untuk perbaikan materi modul kedepannya.
  • Mandiri dan tidak general, maksudnya saya mampu membuat materi mengajar TIK SD sendiri, tidak bergantung pada materi yang dibuatkan oleh orang lain yang belum tentu sesuai dengan target yang kita inginkan. Tidak general maksudnya, kemampuan siswa ditempat saya mengajar bisa dipertanggungjawabkan.
Dan satu hal lagi, guru sebaiknya mampu membuat materi ajar sendiri tanpa bergantung pada buku-buku ajar yang dibuat oleh orang lain, tentu dengan tidak mengabaikan suplemen-suplemen pendukung lainnya, dan kalaupun membeli buku ajar, anggap saja itu sebaga suplemen bukan sebagai rujukan bahan ajar. Dan karena saya mengajar TIK SD maka modul yang saya buat merupakan pembuktian kompetensi saya sebagai guru yang mengajar mata pelajaran tersebut. Dan ketika modul tersebut saya jual, saya juga selalu menyertakan brand sekolah tempat saya mengajar dalam modul tersebut, mudah-mudahan ini berdampak positif bagi barand tempat saya mengajar.

Nah bagi kawan-kawan guru yang mengajar TIK di sekolah dasar, bisa membandingkan sendiri, lebih "asyik" mana, buku atau modul. Dan pengalaman saya diatas, bisa jadi referensi dalam menentukan bahan mengajar kawan-kawan semua.

    0 Response to "Perbandingan Mengajar TIK/Komputer SD Menggunakan Buku dengan Mengajar Menggunakan Modul"

    Posting Komentar